Problematika Pelaksanaan E-Voting

Zaman sudah semakin canggih dan semua serba teknologi. Teknologi selalu membantu manusia mengatasi masalah. Bahkan sekalipun ketika kontestasi pemilihan umum hadir. Aplikasi E-Voting merupakan aplikasi yang mengelola proses pemilihan ketua dalam suatu organisasi yang berbasis website atau aplikasi yang tentunya bisa diakses melalui desktop, tablet, maupun smartphone. Dalam ketentuan utama, aplikasi E-Voting mengatur pemilihan dengan skema 5 tahap/proses yaitu persiapan, pencalonan, verifikasi, kampanye, dan pemilihan hasil final. Dalam pemilihan ada beberapa hal yang penting salah satunya adalah memperhatikan validitas data surat suara yang divalidasi melalui email. E-Voting dapat mengelola lebih dari satu pemilihan yang berlangsung secara bersamaan dan serentak.

Apabila ketika kita bicara ke belakang dan mengambil momentum ketika pemilihan di TPS saat pemungutan suara, pemilih akan selalu merasa nyaman, sedangkan pada saat perhitungan suara pemilih merasa aman karena suaranya tidak mungkin dimanipulasi saat dihitung. Bahkan, kegiatan pemungutan dan perhitungan suara di TPS Pemilu Indonesia dikenal sebagai the best practice in the world. TPS sesungguhnya bukan sekadar tempat pemilih memberikan suara. TPS juga bukan sekadar arena kontestasi partai politik dan calon untuk memenangi pemilihan. TPS sudah menjadi tempat interaksi sosial karena tidak setiap hari warga bisa bertatap muka, bertegur sapa, dan mengobrol. TPS juga telah menjadi arena politik tempat warga mengembangkan toleransi dan memaknai perbedaan pilihan politik. 

Akan tetapi, the best practice in the world  tersebut akan lenyap jika pemungutan serta penghitungan suara di TPS model “konvensional”itu digantikan oleh e-voting. Sebab e-voting akan menghilangkan interaksi sosial warga karena pemilih cepat berlalu di TPS: datang, tunjukkan e-KTP, masuk bilik, sentuh alat, dan pulang. Tentunya, e-voting juga menghilangkan kegiatan penghitungan suara secara terbuka dan mengakibatkan warga tidak berkesempatan untuk membangun bersama nilai-nilai kejujuran dan toleransi yang ada. Bahkan e-voting sendiri bisa menimbulkan konflik apabila proses penghitungan suaranya tanpa diketahui oleh publik, kemudian tiba-tiba partai atau calon yang diperkirakan menang, ternyata malah kalah. E-voting memang bisa mengatasi volume pekerjaan yang harus ditanggung petugas. Namun hal itu tidak sebanding dengan lenyapnya kegembiraan politik yang diwarnai nilai-nilai kejujuran dan toleransi. Selain itu keterbatasan penggunaan teknologi khususnya generasi Baby Boomers akan membuat kesulitan dalam pelaksanaan e-voting.

Selain itu, beberapa pakar mengatakan faktor terpenting dalam e-voting adalah sektor keamanan. Untuk keamanan sendiri memang bisa menggunakan sistem pengamanan tanda tangan digital sehingga suara yang dipilih oleh pemilih sudah bisa dipastikan aman, rahasia dan tidak dapat diganggu gugat. Aspek kelemahan e-voting lainnya dan menjadi pertimbangan yaitu belum adanya standar dan sertifikasi yang disepakati untuk sistem e-voting. Kemudian apabila standar tersebut masih belum bisa disepakati tentu akan adanya kemungkinan manipulasi hasil suara yang dilakukan oleh orang dalam yang mempunyai akses ke dalam sistem maupun peretas dari luar juga bisa saja terjadi. Padahal, dalam sistem yang melakukan autentikasi pemilih, berpotensi melanggar kerahasiaan pemilihan karena bisa terlihat di dalam sistem. Dari beberapa kelemahan-kelemahan tersebut berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem e-voting dan masyarakat akan mempunyai trust issues tersendiri apabila terjadi polemik seperti itu. Dari beberapa kelemahan di atas, memang seharusnya dilakukan percobaan mana metode yang paling efektif, efisien, dan terjamin keamanannya. Percobaan tersebut bisa dilakukan pada pemilihan yang akan datang di suatu daerah yang sekiranya sudah bisa dilakukan sistem e-voting dan fasilitasnya memadai. Dari situ akan terlihat hasilnya, apakah sesuai dengan harapan atau tidak, seberapa banyak persentase kecurangan yang terjadi, sehingga bisa langsung dievaluasi. Sistem e-voting memang tidak ada yang sempurna, karena akan terus berubah seiring dengan berkembangnya teknologi.

Pemilihan umum merupakan proses penting dalam kemajuan sebuah bangsa dan negara, oleh karena itu penting untuk memilih suatu sistem pemilihan elektronik sesuai dengan yang dibutuhkan. 

Categories:

No Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *